--- Inilah yang serba salah. Didengar salah, gak didengerin salah. Ini sih soal ribet-ribetnya pada ngurusin komentator Tommy Welly atau netizen memanggilnya Towel. Aku sih gak kenal, apalagi dia. Pasti gak kenal sama aku.
Terus terang, belakangan mau tak mau pasti para pecinta
bola tanah air makin mengenal Towel ini, gegara komentarnya yang tak pernah
positif menilai hasil tim nasional di bawah Sin Tae-Yong.
Komentar yang terus menerus tidak pernah realistis
melihat keadaan dan seolah hanya ingin menjantuhkan pelatih tim nasional yang
secara LEGAL FORMAL dan SAH ditunjuk oleh PSSI untuk menjadi pelatih.
Towel bahkan membawa beberapa legenda sepakbola Indonesia untuk menyamakan
persepsinya agar Sin dipecat oleh PSSI, salah satunya mantan pemain yang pada era
1970-an menjadi pujaan rakyat sepakbola Indonesia, yakni Anjas Asmara.
Ini terus meninggi dan terus memberikan warna kontradiksi
selama kepelatihan Sin Tae-Yong ada. Alasannya sudah jelas dan sempat
diungkapkan beberapa netizen penggemar dan pengamat sepakbola, bahwa ini dilatar
belakangi “rasa kecewa”, Towel tidak bisa mengatur Sin untuk menitipkan pemain
untuk timnas.
Yang ini Aku gak paham. Tetapi apapun itu alasan Towel,
dia sudah mampu “membakar” seluruh pecinta sepakbola Indonesia untuk mendulang
viewer yang sangat banyak dan menguntungkannya.
Towel seolah ingin dan sengaja menjadi public enemy untuk kalangan sepakbola.
Buktinya, yang kontroversial seperti ini malah laris di beberapa televisi nasional.
Towel seolah-olah jadi bintang antagonis yang justru bisa
menangguk keuntungan dari “keberaniannya” itu. Meskipun secara nyata ini
meruapakn cerminan kekerdilan pikirannya sendiri yang “kagol” aja.
Towel malah sempat memperingatkan beberapa media untuk
meminta maaf dan menyewa pengacara untuk itu.
Ini hanya catatanku saja, karena sebagai jurnalis
olahraga lokalan, aku pun merasa punya hak untuk bersuara dan menyemarakkan
situasi ini dengan pendapatku. Ada kalimat bijak seperti ini: "Orang yang gemar mencari-cari kesalahan tanpa disadari dia sendiri yang terjerembab dalam kesalahan."
Buang-buang Energi
Netizen banyak yang terpancing dan banyak pula yang
meradang dengan Bahasa yang sudah sangat marah meladeni gaya Towel yang makin
ngawur dalam menilai.
Dimata para penggemar sepakbola, Towel benar-benar sudah
mengacaukan situasi Indonesia ini, dengan komentarnya yang gak keruan. Karena dia
mengaku mencintai tim nasional, mendukung tim nasional, tetapi terus
menyalahkan PSSI yang terus mempertahankan Sin Tae-Yong.
Semua gol tim nas dinilai sebagai keberuntungan, gol dari
langit dan lain-lain. Ini mencerminkan dia bukanlah seorang pengamat dan
pemerhati sepakbola, namun seorang yang termasuk dalam barisan sakit hati dan
tidak punya pikiran positif terhadap Tim Nasional di bawah Sin.
Namun, meskipun hanya membuang energi saja, terbukti
banyak netizen yang terus meladeni Towel sampai sekarang. Bahkan banyak netizen
heran sikap Towel yang katanya mendukung Timnas, tetapi tidak pernah merayakan
kegembiraan tatkala Rizki Rido menang. Ckcckckckkk.
Mungkin Towel juga baru berbahagia, melihat timnas
Indonesia U-23 kalah lawan Uzbekistan. Tapi biarkan, toch semua orang tahu
pertandingannya seperti apa.
Intinya, bahwa sebaiknya, kita tak perlu buang-buang energi
lagi mengurusi komentar Towel lah. Sebab apa yang diperbuat beliau ini untuk
sepakbola juga sama sekali tidak ada. Tidak membangun apapun untuk sepakbola.
Bahkan di era beliau ini berada di PSSI, malah marak
sekali sindikat dan mafia sepakbola, pengaturan skor dan sebagainya. Apalah
perannya.
Maka sebaiknay teman-teman netizen lebih serius ngurusin
yang lain untuk memberikan saran atau apapun kepada PSSI dan Indonesia ini,
bagaimana sepakbola kita selanjutnya, untuk membangun iklim kompetisi yang
bebas dari mafia sepakbola dan sebagainya.
Sementara percayalah kepada PSSI dibawah Ercik Tohir,
karena mereka sudah membuktikan serius membangun sepakbola dengan kerja, bukan
hanya ngeba(---).
mari kita fokus mendukung tim nasional dan sepakbola dengan kritik yang masuk
akal tanpa emosi, namun pakai akal sehat, dan tanpa rasa iri dan dengki. Bravo
sepakbola Indonesia.
(Edi Purwanto – wartawan)
Berikan Komentar