DL/Bandarlampung/Hukum/16062025
---- Terdakwa kasus tragedi sabung ayam Way Kanan Peltu
Yun Heri Lubis mengaku sudah menjalankan bisnis judi sabung ayam sejak tahun
2023.
Selain itu ia mengaku kepada Majelis Hakim bahwa selama
ini berkoordinasi dan izin dengan Kapolsek Negara Batin, Alm AKP Anumerta
Lusiyanto, bahkan memberikan setoran uang secara tunai dan transfer kepada
Almarhum.
Hal itu disampaikan dalam sidang Pengadilan Militer I-04
Palembang, Senin (16/4/2025). “Kalau mau buka pasti saya koordinasi dengan
Polsek setempat dengan menelpon kapolseknya," ujarnya.
Namun kuasa hukum keluarga korban dari Tim Hotman 911,
Putri Maya Rumanti menyebut keterangan terdakwa terkait setoran uang judi itu
rancu.
Bahkan saat sidang, keterangan itu dipertayakan majelis
hakim dan Peltu Lubis tidak bisa memberikan penjelasan rinci dan penjelasan
serta bukti yang jelas.
“Setoran uang judi itu menurut dia, tapi faktanya itu
nggak bisa dia buktikan. Di dalam dakwaan dia bilang mereka ketemu sehari
sebelum kejadian penembakan. Tapi tadi ditanya majelis hakim kata dia (red
Peltu Lubis) ditelpon tapi tidak diangkat sama kapolsek. Itu yang dipertanyakan
majelis hakim, berarti gak jelas keterangannya. Sampai Hakim pun memojokkan
terdakwa sendiri.” jelas Putri Maya Rumanti usai persidangan.
Dalam sidang itu, Peltu Yun Heri Lubis juga terlihat
emosional dan menangis sesenggukan saat mengakui Kesalahannya dan meminta maaf
kepada tiga keluarga polisi yang tewas ditembak Kopda Bazarsah, rekan kerjanya.
Peltu Yun Heri Lubis mengungkapkan rasa penyesalannya dan
menjelaskan bahwa dalam gelanggang sabung ayam yang dikelolanya bersama Kopda
Bazarsah, insiden tragis tersebut menewaskan AKP Anumerta Lusiyanto dan dua
anggota polisi lainnya.
"Kami minta maaf kepada keluarga korban, karena
selama ini hubungan baik dengan Kapolsek Negara Batin. Tidak pernah (selisih
paham) dengan anggota Polsek, hubungan kita sangat baik. Apalagi pak Lusiyanto
sudah saya anggap keluarga," ujarnya di ruang sidang.
Sebagai Dansub RamiNegaran 427-01/Pakuan Ratu, Peltu
Lubis mengaku telah lama mengenal Kapolsek Negara Batin, AKP Anumerta
Lusiyanto. Mereka sering patroli bersama dan saling berkunjung. Bahkan Peltu
Lubis pun mengenal sosok AKP Lusiyanto di Masjid dan Pengajian.
"Mungkin ibu tahu (hubungan dengan Lusiyanto).
Istrinya saya kenal di Polsek. Ibu tahulah kalau saya itu sama Kapolsek sering
berkunjung maupun pengajian dan patroli bersama. Makanya sedikit kaget dengan
kejadian ini," tambahnya.
Namun Sasnia, istri dari almarhum Kapolsek Negara Batin
AKP Anumerta Lusiyanto menegaskan ia menolak permohonan maaf Peltu Lubis.
Sasnia menegaskan, tindakan Kopda Bazarsah, anak buah
Peltu Yun Heri Lubis, telah melampaui batas. "Tidak maafkan, dihukum mati
saja," tegas Sasnia.
Sasnia menyebutkan, keterangan yang disampaikan oleh
Peltu Yun Heri Lubis mengandung banyak kejanggalan.
Ia menegaskan, pada hari sebelum penggerebekan, ia dan
suaminya sedang berada di Belitang, OKU Timur, Sumatera Selatan, untuk
berkumpul bersama keluarga.
“Saya ada bukti foto, kami di Belitang buka bersama
keluarga. Tidak ada bertemu dengan dia (Peltu Yun Heri Lubis/Kopda
Bazarsah)," ujarnya.
Sebelumnya, Peltu Yun Heri Lubis mengaku sering
berkoordinasi dengan AKP Anumerta Lusiyanto terkait penggelaran judi sabung
ayam. Ia menjelaskan, pada Minggu (16/3/2025), ia menghubungi Kapolsek untuk
merencanakan event sabung ayam yang dijadwalkan berlangsung pada Senin
(17/3/2025).
Namun pada hari yang sama, Peltu Yun Heri Lubis
mendatangi Polsek Negara Batin untuk menyerahkan uang pengamanan sebesar Rp 2
juta kepada AKP Anumerta Lusiyanto. Namun saat itu Kapolsek tidak berada di
tempat, sehingga uang tersebut dibawa kembali oleh terdakwa Kopda Bazarsah.
"Di tanggal 17 saya telepon Kapolsek, tapi tidak
diangkat. Akhirnya Basar siapkan uang untuk antar ke Polsek, tapi Kapolsek
tidak ada," jelasnya.
Sosok Polisi
Sederhana
Kepergian Kapolsek Negara Batin AKP (Anumerta) Lusiyanto,
salah satu dari tiga korban anggota polisi ditembak dua prajurit TNI AD saat
menggerebek arena sabung ayam di Kabupaten Way Kanan masih meninggalkan luka
mendalam bagi keluarga hingga masyarakat yang mengenalnya sebagai sosok
bersahaja dan religius.
Sosok almarhum terakhir menjabat sebagai Kapolsek Negara
Batin ini dikenal sebagai pribadi sederhana, rajin beribadah, dan bersahabat
dengan warga tanpa memandang status.
Lusiyanto lahir di OKU Timur, Sumatera Selatan, pada 5
Juni 1972 sebagai anak bungsu. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Bintara Polri
dan lulus pada tahun 1993.
Perjalanan kariernya dimulai dari penugasan di Polsek
Lampung Barat, lalu berlanjut ke Polsek Kota Agung dan Pringsewu. Sejak 2018,
ia mengemban tanggung jawab sebagai perwira pertama di Polsek Semangka dan
dipercaya menjabat sebagai Kapolsek di wilayah Tanggamus pada 2023, serta
Kapolsek Negara Batin pada 2024 hingga akhir masa baktinya.
Almarhum meninggalkan seorang istri, Samsiatun, serta
seorang putri yang kini tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Kehidupan pribadi Lusiyanto mencerminkan kesederhanaan.
Rumahnya terletak di gang kecil, belum sepenuhnya dipelester, dengan pagar
bambu yang menandakan ia hidup bersahaja.
“Rumahnya sangat sederhana, motornya juga motor lama.
Tapi beliau selalu rendah hati dan dekat dengan warga,” ungkap Wati,
tetangganya.
Tak hanya itu, sosok Lusiyanto juga dikenal sebagai
pribadi yang religius. Ia aktif salat berjamaah di masjid, sering beramal
secara diam-diam, dan tetap bersahaja meski telah menyandang pangkat perwira.
"Beliau polisi yang langka, yang tetap rendah hati
dan tak berubah setelah jadi perwira," kenang Romly, warga lainnya.
Terkait isu miring yang berkembang soal dugaan motif
penembakan terhadapnya disebut perihal setoran, warga yang mengenalnya baik
menyatakan ketidakpercayaan. Dan argumentasi itu dibuat agar menjadi pembelaan
bagi para Terdakwa.
“Saya tidak percaya. Almarhum itu jauh dari hal-hal
begitu. Orangnya taat, tidak neko-neko. Kalau dibilang ada masalah setoran
judi, itu tidak masuk akal,” tegas Wati.
Romly pun menyayangkan tuduhan yang mencoreng nama baik
almarhum. “Kasihan anak dan istrinya. Sudah ditinggal sosok yang selama ini
jadi tulang punggung keluarga, malah difitnah. Datang saja ke rumahnya, biar
tahu seperti apa hidupnya,” ucapnya.
Kepergian AKP (Anumerta) Lusiyanto tidak hanya
meninggalkan duka, tapi juga teladan. Sosok yang menjunjung integritas,
sederhana dalam hidup, dan tulus dalam mengabdi. Ia bukan sekadar aparat
penegak hukum, melainkan panutan bagi banyak orang. (ags)
Berikan Komentar