DL|Bandarlampung|16042025
---- Kebersamaan
untuk Keberhasilan, inilah sebenarnya tiga kata sederhana namun maknanya
sangat dalam. Mudah diucapkan sulit untuk diterapkan, namun bukan berarti tidak
bisa dilakukan.
Kata bijak ini disampaikan tokoh senior provinsi Lampung,
Bachtiar Basri, dalam sebuah obrolan santai di kediamannya di kawasan Bandarlampung
beberapa waktu lalu.
Om Bach,
demikian para kolega dan juniornya memanggil Bachtiar Basri yang juga mantan
wakil Gubernur Lampung periode 2015-2020, ketika itu gubernurnya Ridho
Fircardo.
“Menjadi pemimpin, harus menekan egonya sendiri meskipun
kadang itu perlu juga meninggikannya. Tetapi, tidak ada satupun sebuah
organisasi atau perusahaan katakanlah, jika pimpinannya egois akan berjalan
lancar. Karena dia tidak bisa kerja sendiri, harus ada yang lainnya. Tetapi itu
tidak mudah. Karena mayoritas pimpinan itu pasti mendahulukan egonya dulu.” Kata
Om Bach.
Dengan menegaskan bahwa penilaian ini tidak bermaksud
menunjuk sebuah instansi atau organisasi, Om Bach mengatakan bahwa terutama
dalam memimpin organisasi olahraga, yang diperlukan adalah “ngemong” dan
mendahulukan kepentingan umum.
“Saya ini jadi ketua Persilu (Persatuan Sepakbola Lampung
Utara-red) lama. Dan ini menjadi tempat saya belajar memimpin cabang olahraga,
bahkan olahraga beregu dengan banyak orang. Tetapi saat itu Persilu memiliki
kompetensi tinggi dibandingkan klub atau perserikatan lain di Lampung. Apa
kuncinya? Ya itu tadi kebersamaan untuk keberhasilan bersama. Dahulukan
kebersamaan. Karena saya sendirian tidak mungkin bermain di lapangan kan?”
tambahnya.
Artinya, lanjut mantan Bupati pertama Kabupaten
Tulangbawang Barat itu, semua bidang, semua bagian harus disertakan dalam peran
yang tepat. Yang pelatih apa tugasnya harus jelas, pemain depan, pemain tengah,
pemain belakang, penjaga gawang, musti diberikan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan posisinya.
Tidak mungkin pelatih menugaskan penjaga gawang untuk
melakukan serangan dan striker
diperintahkan untuk bertahan, dan sebagainya.
Tidak Egois
Om Bach menegaskan bahwa terutama dalam mengurus olahraga
harus memiliki jiwa yang lebih lentur, karena olahragawan memerlukan sentuhan
kalimat yang memotivasi, bukan mematahkan atau dengan selalu ditekan.
Prestasi itu bisa diraih dengan kebersamaan, dengan
keikhlasan dalam menjalankan seluruh prosesnya. Karena untuk mancapai prestasi
diperlukan pengorbanan, bukan saja waktu, tenaga, pikiran, finansial, tetapi
juga perasaan.
“Maka, jika semua kita sudah jelas tugas dan kewajibannya
tentu secara organisasi bisa berjalan nyaman, saling percaya dan tidak saling
merebut hak orang lain. Itulah yang saya tegas bahwa pemimpin harus meninggikan
kompetensi dan menurunkan ego. Meskipin pimpinan itu pintar, pandai dan jenius,
dia harus tahu kapan harus meninggi, kapan harus menurunkan egonya. Ini pasti
bagus,” ungkapnya.
Ketika ditanyakan tentang wibawa seorang pemimpin, Om
Bach secara lugas menjelaskan bahwa wibawa itu datang dari dalam, bukan dari
luar.
Artinya misalnya dalam tim sepakbola, wibawa itu bukan
berasal dari siapa pemimpin yang bersuara keras dan bentakannya lantang, namun
bagaimana dia bisa bersikap sesuai dengan situasi kebatinan dan kondisi fisik tim
setiap saat.
“Saat dibutuhkan, maka pemimpin harus hadir secara
bijaksana, dan bisa menyesuaikan dia ada dimana. Jangan mentang-mentang dari
apa lah, kemudian egonya dibawa ke situ. Jangan. Pasti ada gejolak nanti. Kita
harus bisa ciptakan suasana stabil di sebuah tim, terutama suasana hati.” Tambahnya.
Diakhir obrolan sambil ngopi itu, Om Bach hanya berpesan
agar semua pimpinan itu jujur, ikhlas dalam pengabdian sesungguhnya. “Ada
kepuasan, ketika kita memimpin, semuanya adem dan kondusif,” ungkapnya.
Masih banyak quote-quote
yang sering diungkapkan Om Bachtiar Basri yang laik untuk dicerna dan dilakukan
oleh para pemimpin kita, terutama anak-anak muda.
Salah satunya itu tadi, tingkatkan kompetensi danturunkan
ego. Artinya, menaikkan kompetensi kemampuan dan keilmuannya, namun bisa
menekan ego sentrisnya, dengan cara mau menampung masukan dan saran dari
berbagai pihak sebagai pengayaan kompetensi dirinya juga.
Karena diatas langit masih ada langit. (don)
Berikan Komentar